(image by Porapak Apichodilok on Canva Studio) |
Di antara sekian banyak orang mendefinisikan kata ‘bahagia’, hanya satu makna bahagia secara abadi; ia langgeng menghias hati di dunia, terpuas diri di surga. Kamus Besar Bahasa Indonesia pun berkata, bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Maka tentu, bahagia tak hanya diukur dari materi dan semua yang tampak; ia dirasa dari hati, diberikan oleh yang memiliki.
Jika bahagia adalah kekayaan, berapa banyak orang yang memiliki mobil, tapi sang istri justru tiap hari berada di samping sopir, sedangkan suami tak membersamai? Jika bahagia adalah rumah mewah, berapa banyak orang yang terbaring sakit bukan di kamar indahnya? Jika bahagia adalah kepintaran, berapa banyak orang pintar yang justru masuk sel jeruji penjara?
Jadi, bagaimana bahagia bekerja?
Kalau saya ditanya, ‘bagaimana agar kamu bisa bahagia?’, maka saya menjawab: Ya dengan berbahagia!
Dua kunci yang telah Allah berikan pada semua hamba-Nya tentang menjalani hidup adalah sabar dan syukur. Keduanya adalah paket lengkap yang patut dipegang dan dimiliki oleh semua Muslim. Di dunia ini, Allah hanya memberi kita satu keadaan, yakni ujian. Ujian-ujian tersebut diberikan dalam bentuk kesenangan dan kesusahan. Tinggal kita menjalani ujian tersebut dengan baik, berhasil atau gagal?
Menjadi yang paling bahagia adalah menjadi orang yang disebut baginda Rasul sebagai Mukmin yang urusannya begitu mengagumkan. Semua perkara dalam hidupnya adalah kebaikan untuknya. Keadaan senang menjadi baik baginya, keadaan susah pun menjadi baik baginya. Bagaimana cara mendapatkannya?
“…dan tidaklah didapatkan pada seorang pun hal tersebut melainkan pada diri seorang mukmin, jika ia merasakan kesenangan maka ia bersyukur, dan itu lebih baik baginya. Bila kesusahan menerpanya maka ia bersabar, dan itu lebih baik baginya.” (HR Muslim)
Lalu, bagaimana sabar dan syukur dapat bekerja?
Ia hadir dari hati yang rida terhadap ketentuan Allah. Yakinnya kokoh pada Sang Pencipta; pengatur segala urusan. Aktivitasnya adalah ibadah sebagai hamba. Cintanya terpaut pada Sang Pemilik Semesta. Dirinya adalah milik Tuhannya. Maka satu-satunya yang ia cari adalah rida Tuhannya.
Wahai kamu, berbahagialah dengan bahagia!
0 comments: